Selasa, 28 Januari 2020

 "Hujan"

Saat hujan datang bertamu
Hanya dua pilihan untukmu
Bergelimang rindu
Atau mengenang sendu.
***
Entah…. Jangankan malam yang gelap
Hujan yang deraspun
Serasa begitu indah
Jika kita sedang Bersama.
***
Aku berharap hujan ini segera reda, agar rindu ini tak terlalu dalam mengorek luka.
***
Biarkan derai hujan semakin deras, hingga ku dapat menitipkan rindu lewat air yang ‘kan mengalir ke hatimu.
***
Aku cemburu pada hujan dan senja.
Kenapa mereka yang selalu dijadikan puisi?
Apakah aku kurang menarik?
***
Langit menjatuhkan bulir-bulir yang sedih, yang sedikit, yang sakit, yang tak sungguh-sungguh menghapus dosa, apalagi kenangan.
***
Aku penggal hujan dengan lancang, lalu aku berikan kepadamu untuk menghabisi sepi. Sementara kau pongah; ingin meludahi wajahku yang dikucuri rindu sendiri.
***
Hujan yang jatuh malam ini meletup keras di atas kepala Menyegarkan ingatan tentangmu. Seorang yang kusebut wanita Yang kini hilang membawa kenangan yang tak mampu aku lupa.
***
Sunyi derai langkah hujan
Usik keheningan malam
Gugah kenangan kampung halaman
Terbayang wajah ibu nan ayu rupawan.
***
Aku masih merindumu sebagai hujan yang jatuh di atap rumbia pada pondok huma di musim tanam. Aku masih menunggumu sebagai angin bertiup di padang ilalang yang kemudian melesap di buhul-buhul malam.
***
Malam ini.. Cukup hanya hujan yang menelanjangi rinduku, untuk kamu.
***
Di dinding ini telah kutitip seribu langit jika hujan aku sembunyi jika panas aku berteduh dari kejarannya yang lepas.
***
Tak ada pelangi Setelah hujan sore ini… Tinggal jantera kenangan dalam hening Sumbang dan tiada bermakna Basah dan juga lekat.
***
Di mata hujan kita rata sama ia yang maha perihal waktu: mengingatkan pada yang lalu memperlihatkan pada yang baru menyadarkan pada yang sekarang; dia tak lagi mengharapkanmu datang.
***
Wajahku berlukis lumpur pada hujan yang Kau turunkan aku berlarian hendak membasuh dan membasahkan jiwa.
***
Hujan yang melanda dalam benak sepi, riuh dan teguh pada setiap rinai pagi. Kuharap bola matamu berpijar kembali dalam lembut warna pelangi.

***
Ide yang berserakan sepanjang perjalanan
Daun yang digugurkan angin
Batu yang dikandaskan hujan
Juga kau yang meremukkan hati
Tak pernah tuntas menjadi cerita
Kugadaikan jiwa
Demi membatik aksara
Namun percuma
Lelahku mengoyak akhir cerita.
***
Sumber : https://titikdua.net/kata-kata-hujan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar